Text
Optimalisasi Hubungan Bilateral Dengan Negara Tetangga Melalui Kerjasama TNI AL Dalam Menghadapi Terorisme Maritim
Globalisasi yang sedang melanda dunia telah mampu menciptakan suasana kompetisi yang ketat diantara negara-negara di dunia yang saat ini seolah tidak memiliki batas yang jelas. Dalam masyarakat global, ancaman serius yang dihadapi adalah kejahatan transnasional (transnational crime) yang salah satu diantaranya berupa aksi terorisme. Peristiwa serangan teroris ke gedung WTC New York pada tanggal 11 September 2001 benar-benar telah membuka mata dunia bahwa sebuah era baru terorisme telah dimulai. Peristiwa 9/11 tersebut menandai munculnya terorisme dengan warna baru yang sebelumnya identik dengan kekerasan yang konservatif dan kuno oleh pribadi-pribadi fanatik dengan latar belakang pendidikan rendah. Sebagai Negara Kepulauan yang secara geografis menempati posisi sangat strategis pada posisi silang dunia, Indonesia sangat rawan dari kepentingan-kepentingan pihak luar, baik kepentingan negara tertentu maupun pihak-pihak tertentu misalnya organisas Teroris Internasioanal. Salah satu perairan wilayah Indonesia yang menjadi alur pelayaran internasional yang sangat rawan terhadap aktivitas yang merugikan adalah selat Malaka Selat Malaka merupakan salah satu perairan di Indonesia yang menjadi jalur perhubungan laut internasional yang padat sangat penting bagi kegiatan perekonomian regional maupun internasional. Ironisnya, kondisi tersebut juga menjadi daya tarik sendiri bahkan juga memberikan peluang terjadinya kegiatan-kegiatan pelanggaran hukum di perairan Indonesia dan tentunya kemungkinan serangan terorisme maritim. Saat ini, angka tertinggi kasus pembajakan dan perompakan bersenjata terjadi di perairan Indonesia (data International Maritime Bureau ). Tingginya frekuensi kejadian dari tahun ketahun mengakibatkan perairan Indonesia terkenal dengan sebutan "The most dangerous water in the world".
Tidak tersedia versi lain