Text
ABRI Siasat Kebudayaan 1945-1995
Sesudah limapuluh tahun RI memaklumkan kemerdekaan, usaha memperkembangkan <br /> massa rakyat Indonesia yang adil dan makmur masih saja rapuh dengan <br /> pertentangan kepentingan antar SARA (Suku, Agama, Rasial & Antar golongan <br /> sosial). Kerapuhan itulah yang membuat <br /> ABRI - meski sebenarnya adalah golongan bala tentara yang bersenjata - tetap <br /> berpegang teguh untuk ber-Dwifungsi dan menyatakan diri tidak perlu Back to <br /> Barrack. Kalaupun selama ini massa-rakyat bersedia mendengar dan <br /> mengingat-ingat pernyataan ABRI tersebut, hal itu toh terjadi toh tidak lain <br /> karena kejelian ABRI untuk ber-siasat kebudayaan sebagaimana diungkapkan <br /> dalam tekad para pemimpin dan prajurit ABRI untuk Back to Basic.</p>
<p>Berkat pembaharuan kajian postmodernisme dan pengetahuan semiotik <br /> (de)konstruktif, buku monografi ini bertujuan untuk memaparkan jejak langkah <br /> dari siasat kebudayaan yang pernah ditapaki oleh ABRI (1945 - 1995) ketika <br /> secara revolusioner membuat sejarah dan memantapkan peran Dwifungsinya di <br /> tanah air milik seluruh bangsa Indonesia merdeka ini.</p>
<p>Dengan menyimak teks monografi ini, para pembaca budiman (antropolog, <br /> sosiolog, ahli ilmu politik dan pemerintahan, ekonom, warga ABRI, dll.) <br /> diharapkan mampu ingat untuk lupa terhadap hal-hal yang sesungguhnya tidak <br /> basic kalau mereka perlu mempercakapkan dan mengusahakan konsensus nasional <br /> ketika konflik SARA terlanjur muncul ke permukaan.
MEMANDANG DI BELAKANG, MENENGOK KE DEPAN
DI ANTARA PENGUASA, PENGUSAHA DAN CENDEKIA
SEJARAH BABAD TENTARA
CINTA TANAH AIR
MEMOAR, MEMORI DAN BIOGRAFI
BACK TO BASICS
Tidak tersedia versi lain